Belanja Pengalaman dari Arab Saudi



Stiker Visi 2030 Arab Saudi menempel di Bis Wisata Madinah (Dok Pri)

Konsumsi masyarakat terus bergerak. Berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perilaku zaman dan kematangan berpikir.

Perilaku zaman, tentu saja terkait oleh pergeseran era digitalisasi. Masyarakat dunia secara umum sedang berada di era digital.

Kehadiran internet dengan kelengkapan sederet fitur-fiturnya, menghadirkan sensasi baru. Situs web dan piranti sosial media menjamur. Menjadi unsur terpenting berwisata.

Dulu, simpanan dana digunakan membeli barang pribadi atau untuk kebutuhan keluarga. Sekarang berubah. Fase perubahan itu indikasinya, orang tak segan menyisihkan pengeluaran uang demi belanja pengalaman.

Seiring dengan kematangan berpikir masyarakat, pergeseran itu terjadi. Konsumsi belanja barang beralih menjadi konsumsi pengalaman. Barang mewah dengan segala keunikannya bukan lagi persoalan agar bisa dimiliki.

Sekarang ini terpenting adalah belanja pengalaman. Berwisata, dengan pengalaman baru. Berbahagia bersama keluarga atau teman, mencari petualangan baru. Penuh suka cita.

Kegemaran traveling menjadi potensi pasar yang besar. Ruang kebutuhan penerbangan dari generasi berusia 18-36 tahun cukup melimpah.

Untuk menangkap potensi itu, maskapai berlomba-lomba memberikan promo tiket murah bahkan super murah. Targetnya memanfaatkan generasi milenial supaya terbang dengan biaya terjangkau.
Museum Al-Madina
berada di stasiun kereta api kuno (Dok pri)
Semakin gampang orang berbagi informasi, berimbas pada profesionalisme pelaku bisnis perjalanan Haji dan Umrah. Mengapa? Karena masyarakat sedang bertransformasi menjadi 'smart traveler' alias wisatawan cerdas.

Model belanja pengalaman baru ditangkap para penyelenggara Haji dan Umrah menjadi berkah. Agen perjalanan ikut terpacu mencari berbagai terobosan.

Ibadah Umrah dikemas dengan memasukkan unsur wisata religi. Semacam bonus, tanpa sedikit pun mengurangi syarat dan rukun. Umrah Plus Wisata Religi mulai diminati sebagai belanja pengalaman baru. Terutama generasi muda.

Visi Arab Saudi
Akhir tahun dan pergantian awal Tahun Baru Masehi memasuki Musim Umrah. Fase panen bagi biro atau agen perjalanan Umrah hampir di semua negara yang mempunyai penduduk Muslim.

Tidak hanya terjadi di Indonesia. Kemunculan kelas menengah Muslim merupakan fenomena global yang dialami oleh negara-negara di dunia. Mereka ini kelompok terbanyak peminat belanja pengalaman Umrah dengan wisata lainnya.

Menurut statistik Kementerian Haji dan Umrah Kerajaan Arab Saudi, tahun 2018 sekitar 8,5 juta visa umrah dikeluarkan. Semuanya demi memenuhi umat Islam yang melakukan ziarah ke Makkah dan Madinah. Tahun sebelumnya hanya 7 juta visa.

Kabar gembira berikutnya, terhitung 1 Muharam 1440 Hijriah (11 September 2018), Arab Saudi mengumumkan bahwa Visa Umrah yang selama ini terbatas hanya untuk wilayah-wilayah tertentu, kini berlaku semua tempat wisata bisa dikunjungi.

Pemerintah Arab Saudi membuka lebar kesempatan warga Muslim seluruh dunia untuk menikmati tempat-tempat wisata menarik di sana. Otoritas di Saudi beranggapan destinasi wisata ziarah yang meliputi objek sejarah dan budaya Islam memiliki potensi sumber pendapatan besar.

Para pengamat menilai Visi 2030 Arab Saudi merupakan senjata meraih pundi-pundi baru. Pemerintah Saudi sedang menggali sektor pariwisata, menyusul mulai terpuruknya industri minyak. Di lain sisi masyarakat Muslim secara umum menyambut baik, karena wilayah Saudi tidak seharusnya dimonopoli oleh pemerintah kerajaan. 

Sejalan dengan ambisi Arab Saudi ini Biro Perjalanan Haji dan Umrah PT Manaya Indonesia sudah bersiap diri. Dia tidak sebatas menawarkan Umrah saja. Ada pilihan wisata religi, berupa ziarah sekaligus menyusuri jejak Nabi dan para Sahabat.
Panah Sa'ad bin Abi Waqosh, 
Sahabat Rasulullah Saw
di museum Al-Madina (DokPri)
Perjalanan Umrah Plus dengan berbagai tujuan negara lain merupakan peluang baru. Wisata religi itu senafas dengan Visi 2030 Arab Saudi. Pertengahan Desember 2018 PT Manaya Indonesia memberangkatkan 100 jemaah dari Bandara International Juanda Surabaya.

"Insya Allah, berangkat tanggal 15 Desember 2018" kata Direktur Utama Manaya Indonesia, Mukharam Khadafy.

Menurut Khadafy jadwal keberangkatan menuju Tanah Suci dengan tambahan wisata ke negara lain atau disebut Umrah Plus, mulai padat.

Bulan Januari 2019 agen perjalanan yang berlokasi di Gedangan, Sidoarjo tersebut memfasilitasi keberangkatan 150 jemaah Umrah asal Kota Bandung. Sedangkan pada bulan Februari 2019 PT MI mengantarkan rombongan dari Pondok Pesantren "Bahrul Hidayah" Suko Legok -Sukodono, Sidoarjo.

Jemaah Komunitas
Di luar jemaah perorangan, Manaya Indonesia merangkul berbagai komunitas. Strategi pemasaran ini otomatis memberi pengaruh positif. Keberadaan komunitas dapat melahirkan pelanggan dengan loyalitas tinggi. Kemudian juga bisa menjadi sampel untuk mengetahui inovasi apa yang diperlukan pelanggan.

Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan Dr. Soetomo Surabaya, misalnya. Setiap tahun secara rutin memberangkatkan guru untuk berumrah. Juliantono Hadi, Kepala Sekolah SMK menyebutkan, tradisi "Umrah Gratis" merupakan bagian dari membangun karakter positif di sekolahnya.

Disamping menjalin kontrak dengan SMK Dr. Soetomo, PT Manaya Indonesia bekerjasama dengan komunitas Pondok Pesantren "Bahrul Hidayah" Sidoarjo, Jemaah "Sahabat Fajar" Surabaya, dan Jaringan Komunitas Guru Sidoarjo.

Pertengahan bulan Februari 2019 Manaya Indonesia merilis rencana perjalanan ke negara Turki. Paketnya bertajuk "Winter In MT Uludag Turkey", menjelajahi Musim Dingin Gunung Uludag Turki selama 20 hari.

"Pak Anton -sapaan Kepala Sekolah SMK Dr. Soetomo, berencana mengunjungi ke tiga negara. Turki, Palestina dan Jordania" ujar Khadafy.

Bulan Februari dan Maret 2018 lalu Jualiantono Hadi bersama beberapa sahabatnya menjalani ibadah Umrah Plus berlanjut ke Al Aqsa (Palestina) melalui Negara Mesir.
Rombongan Umrah Plus Manaya Indonesia berada di Benteng Salahuddin Al-Ayyubi, Mesir (DokPri)

Salah satu kelebihan yang dipunyai PT MI, selama perjalanan para jemaah bisa meminta diantar ke tempat-tempat wisata yang memiliki sejarah besar perjalanan Islam di masa lalu.

Tempat wisata dan ziarah favorit seperti Kota Thaif dan Masjid Hudaibiyah (Makkah), Museum Kereta Api di Madinah atau destinasi yang lain dari biasanya.

Ibadah Umrah sambil mengunjungi tempat-tempat bermanfaat, tidak hanya memperoleh syarat dan rukun saja. Lebih dari itu, jemaah bisa menjejakkan kaki di luar kota Makkah dan Madinah. Tentunya dengan hasil maksimal alias "Plus". Pulang dari Tanah Suci, kembali ke Tanah Air ibadahnya semakin mantap.

Sudah saatnya mempertimbangkan belanja pengalaman dengan suka cita. Jangan ragu melangkah. Ayunkan ibadah disertai kemauan tinggi, namun pulang dengan kerendahan hati.

Posting Komentar

0 Komentar